(Yogyakarta, 25/11/2020). Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) BATAN sebagai instansi yang memiliki fasilitas nuklir memiliki agenda wajib dan rutin dilaksanakan setiap tahunnya, yaitu latihan kedaruratan nuklir.
Kedaruratan nuklir adalah suatu keadaan bahaya yang mengancam keselamatan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan hidup yang timbul sebagai akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Sebaliknya, kesiapsiagaan nuklir adalah rangkaian kegiatan sistematis dan terencana yang dilakukan untuk mengantisipasi kedaruratan nuklir.
Tahun 2020 ini, proses latihan kedaruratan dikemas dengan suasana yang berbeda dari tahun sebelumnya. Latihan dalam masa pandemi Covid-19 ini dilaksanakan dengan metode Tabletop Exercise (TTE) yang diikuti oleh pegawai-pegawai di satuan kerja yang tergabung di dalam Kawasan Nuklir Yogyakarta (KNY), meliputi PSTA, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) dan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBBN).
Tema kegiatan tahun ini adalah terjadinya kecelakaan transportasi yang berakibat adanya korban terkontaminasi zat radioaktif. Penanganan difokuskan pada keterampilan satuan bantuan medis.
Plt. Kepala PSTA, Umar Sahiful Hidayat, M.Eng mengatakan, “Latihan kedaruratan ini memiliki fungsi sebagai pembiasaan semua anggota tim untuk selalu siap dan terasah kemampuan diberbagai level satuan tugas dalam menghadapi kedaruratan”. Lebih lanjut dikatakan Umar, “Hikmahnya adalah bisa mengetahui sejauh mana kesiapan dari kebijakan-kebijakan dan menjalankan tugas fungsinya sesuai dengan Surat Keputusan (SK), Standar Operasional Prosedur (SOP) dan program kedaruratan nuklir yang berlaku di KNY”, demikian lanjut Umar.
Dalam latihan ini, semua satuan tugas harus melaksanakan tugasnya masing-masing, meliputi satuan pemadam kebakaran, unit pengamanan nuklir, petugas proteksi radiasi, petugas radiologi, SAR, satuan logistik, bantuan medis, pengendali operasi dan penanggung jawab KNY.
Skenario yang diambil pada TTE kali ini adalah “Kecelakaan Pengangkutan Limbah Radioaktif pada Kondisi Pandemi Covid-19” yang dilaksanakan secara dua metode daring dan luring di ruang Baiquni PSTA. Yaitu menggambarkan kondisi keterlibatan kecelakaan lalu lintas mobil pengangkut limbah radioaktif dari PSTA BATAN menuju Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR).
Simulasi yang dirancang ini untuk menguji kemampuan teoritis dari asing-masing satuan tugas untuk menanggapi situasi darurat. Yaitu dengan merespon tiap skenario yang disampaikan oleh fasilitator dan satuan tugas memberikan respon berupa penjelasan alur proses, tindakan yang dilakukan di lapangan, penggunaan APD, pembentukan tim serta koordinasi dengan tim terkait.
Hadir sebagai evaluator pada kegiatan ini antara lain Dr. Susilo Widodo dan Prof. Syarip. Beliau memberikan evaluasi diakhir kegiatan TTE ini dengan hasil yang baik.
Kemudian sebagai penutup, Susilo berpesan, “Bahwa perlunya koordinasi yang sangat kuat diantara personil dan tim yang terlibat. Agar supaya tidak terjadi “tabrakan” kewenangan dalam mengambil tindakan dalam operasi penanganan kedaruratan.”